A.
Pengertian
Proses Belajar Mengajar (PBM)
Salah
satu peranan penting dalam keberhasilan pengajaran dalam proses pelaksanaan
pengajaran yang baik, sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula.
Keefektifan dan keefesien proses pelaksanaan pengajaran dibutuhkan sebuah
perencanaan yang tersusun secara baik dan sistematis sehingga proses belajar
mengajar (PBM) akan lebih bermakna dan siswa menjadi lebih aktif dalam belajar.
Terdapat
beberapa pengertian yang menjelaskan apa yang dimaksud dengan proses
belajar-mengajar (PBM). Seperti Moh Uzer Usman, beliau menjelaskan bahwa proses
belajar-mengajar (PBM) adalah: “Suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”. Proses belajar mengajar juga
merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa
atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai suatu tujuan tertentu eduktif untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sementara itu Benyamin S. Bloom dalam bukunya The Taxanomy of Education
Objective-Cognitive Domain, menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar akan
dapat diperoleh kemampuan yang terdiri dari 3 aspek, yaitu:
a. Aspek
pengetahuan (kognitif)
b. Aspek
sikap (afektif)
c. Aspek
keterampilan (psikomotor)
Aspek kognitif berhubungan dengan
kemampuan individual mengenai dunia sekitar, meliputi perkembangan intelektual
atau mental. Aspek afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai
(perkembangan emosional dan moral). Sedangkan aspek psikomotor menyangkut
perkembangan keterampilan yang mengandung unsur motoris. Tiap-tiap aspek
terdiri dari urutan yang disebut taksonomi yang berupa tujuan pendidikan yang
harus dicapai dalam situasi belajar mengajar. Misalnya: untuk memperoleh ijazah
SMP atau SMA, harus melalui kelas I, kelas II, kelas III dan dengan mengikuti
ujian akhir. Tidak mungkin mencapai tujuan C tanpa melalui pencapaian tujuan B
dan tidak mungkin pula mencapai tujuan B tanpa terlebih dahulu mencapai tujuan
A.
B.
Strategi
Instruksional
Dick dan Carey (1985) mengatakan bahwa suatu strategi
instruksional menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan
instruksional dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan
tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa. Ia menyebutkan
ada lima komponen umum dari strategi instruksional, yaitu:
1. Kegiatan prainstruksional
2. Penyajian informasi
3. Partisipasi siswa
4. Tes
5. Tindak lanjut
Kelima komponen tersebut bukanlah satu-satunya rumusan
strategi instruksional. Gagne dan Briggs (1979) menyebutkan ada sembilan urutan
kegiatan instruksional, yaitu:
1. Memberi motivasi atau
menarik perhatian
2. Menjelaskan tujuan
instruksional
3. Mengingatkan kompetensi
prasyarat
4. Memberi stimulus (masalah,
topik, konsep)
5. Memberi petunjuk belajar
6. Menimbulkan penampilan
siswa
7. Memberi umpan balik
8. Menilai penampilan
9. Menyimpulkan
Briggs dan Wager (1981) mengungkapkan bahwa tidak semua
pelajaran memerlukan seluruh sembilan urutan kegiatan tersebut tergantung
karakteristik siswa dan jenis perilaku yang ada dalam tujuan instruksionalnya.
Mereka juga menjelaskan bahwa pengetahuan kita sebagai pengajar belum lengkap
tentang urutan kegiatan instruksional yang sesuai dengan karakteristik siswa
dan tujuannya. Oleh karena itu para ahli sepakat bahwa strategi instruksional
yang berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam mengelola kegiatan
instruksional dalam menyampaikan materi pelajaran hendaknya sistematis,
sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan
efisien. Di dalamnya terkandung empat pengertian sebagai berikut:
1.
Urutan
kegiatan instruksional, yaitu: urutan kegiatan pengajar dalam menyampaikan isi
pelajaran kepada siswa
2.
Metode
instruksional, yaitu: cara pengajar mengorganisasikan materi pelajaran dan
siswa, agar terjadi proses belajar yang efektif dan efisien
3.
Media
instruksional, yaitu: peralatan dan bahan instruksional yang digunakan pengajar
dan siswa dalam kegiatan instruksional
4.
Waktu
yang digunakan oleh pengajar dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam
kegiatan instruksional.
Dengan demikian, strategi
instruksional merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian
materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan
dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang telah
ditentukan. Dengan kata lain strategi
instruksional dapat pula disebut sebagai cara yang sistematis dalam
mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
instruksional tertentu. Artinya hal ini berkenaan dengan bagaimana menyampaikan
isi pelajaran.
C.
Komponen
Penyusunan Strategi Instruksional
Pada dasarnya dalam strategi instruksional terbagi atas
empat komponen utama, yaitu: urutan kegiatan instruksional, metode, media, dan
waktu.
1. Kegiatan Instruksional
Urutan kegiatan instruksional mengandung beberapa komponen:
pendahuluan, penyajian, dan penutup. Dick danCarey (1985) menyebutnya preinstructional
activities dan Universitas Terbuka menggunakan istilah pengantar atau
kadang-kadang disebut pendahuluan. Kegiatan awal tersebut dimaksudkan untuk
mempersiapkan mental siswa agar siap dalam mempelajari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap baru. Penyajian adalah subkomponen yang sering
ditafsirkan secara awam sebagai pengajaran karena memang merupakan inti
kegiatan pengajaran. Di dalamnya terkandung tiga pengertian pokok, yaitu:
urain, contoh, dan latihan. Subkomponen terakhir ini terdiri dari dua langkah,
yaitu: pertama tes formatif dan umpan balik, kedua tindak lanjut.
2. Metode Instruksional
Metode Instruksional terdiri atas berbagai macam metode yang
digunakan dalam setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Dalam setiap
langkah tersebut mungkin menggunakan satu atau beberapa metode atau mungkin
pula beberapa langkah menggunakan metode yang sama.
Tidak setiap metode instruksional sesuai digunakan dalam
mencapai tujuan instruksional tertentu. Karena itu pengajar harus memilih metode
yang sesuai untuk setiap kompetensi dasar yang ingin dicapai. Metode
instruksional berfungsi sebagai cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi
contoh, dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
tertentu. Berikut beberapa metode yang biasa dilakukan pengajar dalam kegiatan
instruksional:
·
Metode
ceramah
Metode tersebut berbentuk penjelasan
pengajar kepada siswa dan biasanya diikuti dengan Tanya jawab tentang isi
pelajaran yang belum jelas. Yang perlu dipersiapkan pengajar adalah daftar
topik yang akan diuraikan dan media visual yang sederhana. Metode ini tepat
untuk diterapkan bila: kegiatan instruksional baru dimulai, waktu terbatas,
jumlah pengajar sedikit. Metode tersebut memilki keterbatasan, yaitu:
partisipasi siswa rendah, kemajuan siswa sulit dipantau, perhatian dan minat
siswa tidak dapat dipantau.
·
Metode
demonstrasi
Yaitu mengambil contoh pelaksanaan
suatu keterampilan atau proses kegiatan. Namun dibutuhkan keahlian dalam
mendemontrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti
kegiatan sesungguhnya. Setelah demontrasi, siswa diberi kesempatan latihan
keterampilan yang sama dibawah pengawasan pengajar. Metode ini dapat digunakan
bila: kegiatan instruksional bersifat formal, magang atau latihan kerja. Materi
pelajaran berbentuk keterampilan psikomotorik, petunjuk sederhana, bahasa
asing, dan prosedur pelaksanaan. Pengajar bermaksud menyederhanakan
penyelesaian kegiatan yang panjang, dan menunjukkan suatu standar penampilan.
·
Metode
diskusi
Yaitu interaksi antara siswa dengan
siswa atau siswa dengan pengajar untuk menganalisis, menggali, atau
memperdebatkan topik tertentu. Untuk menggunakan metode ini pengajar harus:
menyediakan bahan, topik atau masalah yang akan didiskusikan, menyebutkan
pokok-pokok masalah yang akan dibahas, menugaskan siswa untuk menjelaskan,
menganalisis, dan meringkas, membimbing diskusi, sabar terhadap kelompok yang
lambat, awas terhadap kelompok yang kebingungan. Metode tersebut tepat
digunakan untuk: tahap menengah atau tahap akhir proses belajar, pelajaran
formal atau magang, perluasan pengetahuan siswa, belajar mengidentifikasi dan
memecahkan masalah serta mengambil keputusan, membiasakan siswa berhadapan
dengan berbagai pendekatan, interpretasi, dan kepribadian, dan menghadapi masalah
secara berkelompok. Namun metode ini memilki keterbatasan, yaitu: menyita waktu
lama, mensyaratkan siswa mempunyai latar belakang yang cukup dalam topik atau
masalah yang didiskusikan, tidak tepat digunakan pada tahap awal.
·
Metode
simulasi
Menampilkan simbol-simbol atau
peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan: pada tahap permulaan diperlukan tingkat di
bawah realitas. Siswa diharapkan mengidentifikasi lokasi tujuan, sifat-sifat
benda, tindakan yang sesuai dengan kondisi tertentu, dan sebagainya. Pada tahap
pertengahan diperlukan tingkat realitas yang memadai. Siswa diharapkan dapat
mempelajari sesuatu dalam kaitan dengan pengetahuan yang lebih luas dan memulai
mengkoordinasikan keterampilan-keterampilan. Pada tahap akhir diperlukan
tingkat realitas yang tinggi, dan siswa diharapkan dapat melakukan pekerjaan
seperti seharusnya. Metode ini sesuai diterapkan untuk: semua tahap belajar,
pendidikan formal dan magang, memberikan kejadian-kejadian analogis,
memungkinkan praktik dan umpan balik dengan resiko kecil, diprogramkan sebagai
alat pelajaran mandiri. Kelemahannya: biaya pengembangan tinggi dan butuh waktu
lama, alat-alat yang mahal, resiko tinggi bagi siswa dan pengajar.
·
Metode
studi kasus
Berbentuk penjelasan tentang
masalah, kejadian, atau situasi tertentu, kemudian siswa ditugaskan mencari
alternatif pemecahannya. Metode ini digunakan untuk mengembangkan keterampilan
berpikir kritis dan mendapatkan persespsi baru dari suatu konsep dan masalah.
Metode ini tepat digunakan untuk siswa yang memiliki pengetahuan cukup dalam
masalah tersebut. Kesulitan penggunaan metode ini adalah: mendapatkan kasus
yang telah ditulis dengan baik sebagai hasil penelitian di lapangan dan sesuai
dengan lingkungan kehidupan siswa, mengembangkan kasus sangat mahal.
·
Metode
bermain peran
Metode yang berbentuk interaksi
antara dua atau lebih siswa tentang suatu topik atau situasi dengan melakukan
peran terbuka. Metode ini digunakan untuk memberikan kesempatan siswa mempraktikkan
isi pelajaran dan menemukan masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan
sesungguhnya. Metode ini memerlukan observasi yang cermat dari pengajar untuk
menunjukkan kekurangan setiap peran yang dilakukan siswa.
·
Metode
deduktif
Dimulai dengan pemberian penjelasan
tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemusian disusul dengan penerapannya
pada situasi tertentu. Metode ini bergerak dari yang bersifat umum ke khusus.
Metode ini tepat digunakan bila: siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang
dipelajarinya, isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang
kurang membutuhkan proses berpikir kritis, pengajaran mengenai pelajaran
tersebut mempunyai persiapan yang baik dan pembicara yang baik, dan waktu yang
tersedia singkat.
·
Metode
induktif
Siswa dibimbing untuk mensintesis,
menemukan, dan menyimpulkan prinsip dasar dari kasus yang diberikan yang
mencerminkan suatu konsep atau prinsip dari suatu pelajaran. Metode ini disebut
metode discovery atau Socratic. Metode ini digunakan bila: siswa
telah mengenal atau berpengalaman terhadap pelajaran tersebut, yang akan
diajarkan keterampilan komunikasi, sikap, pemecahan masalah, dan pengambilan
keputusan, pengajar adalah pendengar yang baik, fleksibel, sabar, dan waktu
yang tersedia cukup panjang.
3. Media Instruksional
Media instruksional berupa media cetak atau media
audiovisual yang digunakan pada setiap langkah pada urutan kegiatan
instruksional. Seperti halnya penggunaan metode instruksional, mungkin beberapa
media digunakan pada suatu langkah atau satu media digunakan pada beberapa
langkah.
Media yang digunakan dalam kegiatan instruksional beragam.
Pengembang instruksional dapat memilih salah satu atau beberapa di antaranya
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Berbagai macam media dapat
digunakan pengajar untuk menyampaikan pesan baik melalui pendengaran ataupun
penglihatan.
4. Waktu
Waktu berapa lama waktu yang digunakan oleh pengajar dan
siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan instruksional.
Bpk.DR.SULARDI. MM beliau selaku DEPUTI BIDANG BINA PENGADAAN, KEPANGKATAN DAN PENSIUN BKN PUSAT,dan dialah membantu kelulusan saya selama ini,alhamdulillah SK saya tahun ini bisa keluar.Teman teman yg ingin seperti saya silahkan anda hubungi bpk DR.SULARDI.MM Tlp; 0813-4662-6222. Siapa tau beliau mau bantu
BalasHapus