Minggu, 12 Mei 2013

PROSES BELAJAR MENGAJAR (PBM)



A.    Pengertian Proses Belajar Mengajar (PBM)
Salah satu peranan penting dalam keberhasilan pengajaran dalam proses pelaksanaan pengajaran yang baik, sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula. Keefektifan dan keefesien proses pelaksanaan pengajaran dibutuhkan sebuah perencanaan yang tersusun secara baik dan sistematis sehingga proses belajar mengajar (PBM) akan lebih bermakna dan siswa menjadi lebih aktif dalam belajar.
Terdapat beberapa pengertian yang menjelaskan apa yang dimaksud dengan proses belajar-mengajar (PBM). Seperti Moh Uzer Usman, beliau menjelaskan bahwa proses belajar-mengajar (PBM) adalah: “Suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”. Proses belajar mengajar juga merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai suatu tujuan tertentu eduktif untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sementara itu Benyamin S. Bloom dalam bukunya The Taxanomy of Education Objective-Cognitive Domain, menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar akan dapat diperoleh kemampuan yang terdiri dari 3 aspek, yaitu:

a.       Aspek pengetahuan (kognitif)
b.      Aspek sikap (afektif)
c.       Aspek keterampilan (psikomotor)
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan individual mengenai dunia sekitar, meliputi perkembangan intelektual atau mental. Aspek afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai (perkembangan emosional dan moral). Sedangkan aspek psikomotor menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung unsur motoris. Tiap-tiap aspek terdiri dari urutan yang disebut taksonomi yang berupa tujuan pendidikan yang harus dicapai dalam situasi belajar mengajar. Misalnya: untuk memperoleh ijazah SMP atau SMA, harus melalui kelas I, kelas II, kelas III dan dengan mengikuti ujian akhir. Tidak mungkin mencapai tujuan C tanpa melalui pencapaian tujuan B dan tidak mungkin pula mencapai tujuan B tanpa terlebih dahulu mencapai tujuan A.
B.     Strategi Instruksional
Dick dan Carey (1985) mengatakan bahwa suatu strategi instruksional menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan instruksional dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa. Ia menyebutkan ada lima komponen umum dari strategi instruksional, yaitu:
1.      Kegiatan prainstruksional
2.      Penyajian informasi
3.      Partisipasi siswa
4.      Tes
5.      Tindak lanjut
Kelima komponen tersebut bukanlah satu-satunya rumusan strategi instruksional. Gagne dan Briggs (1979) menyebutkan ada sembilan urutan kegiatan instruksional, yaitu:
1.      Memberi motivasi atau menarik perhatian
2.      Menjelaskan tujuan instruksional
3.      Mengingatkan kompetensi prasyarat
4.      Memberi stimulus (masalah, topik, konsep)
5.      Memberi petunjuk belajar
6.      Menimbulkan penampilan siswa
7.      Memberi umpan balik
8.      Menilai penampilan
9.      Menyimpulkan
Briggs dan Wager (1981) mengungkapkan bahwa tidak semua pelajaran memerlukan seluruh sembilan urutan kegiatan tersebut tergantung karakteristik siswa dan jenis perilaku yang ada dalam tujuan instruksionalnya. Mereka juga menjelaskan bahwa pengetahuan kita sebagai pengajar belum lengkap tentang urutan kegiatan instruksional yang sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuannya. Oleh karena itu para ahli sepakat bahwa strategi instruksional yang berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam mengelola kegiatan instruksional dalam menyampaikan materi pelajaran hendaknya sistematis, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Di dalamnya terkandung empat pengertian sebagai berikut:
1.      Urutan kegiatan instruksional, yaitu: urutan kegiatan pengajar dalam menyampaikan isi pelajaran kepada siswa
2.      Metode instruksional, yaitu: cara pengajar mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa, agar terjadi proses belajar yang efektif dan efisien
3.      Media instruksional, yaitu: peralatan dan bahan instruksional yang digunakan pengajar dan siswa dalam kegiatan instruksional
4.      Waktu yang digunakan oleh pengajar dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan instruksional.
Dengan demikian, strategi instruksional merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan. Dengan kata lain strategi instruksional dapat pula disebut sebagai cara yang sistematis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Artinya hal ini berkenaan dengan bagaimana menyampaikan isi pelajaran.
C.    Komponen Penyusunan Strategi Instruksional
Pada dasarnya dalam strategi instruksional terbagi atas empat komponen utama, yaitu: urutan kegiatan instruksional, metode, media, dan waktu.

1.      Kegiatan Instruksional
Urutan kegiatan instruksional mengandung beberapa komponen: pendahuluan, penyajian, dan penutup. Dick danCarey (1985) menyebutnya preinstructional activities dan Universitas Terbuka menggunakan istilah pengantar atau kadang-kadang disebut pendahuluan. Kegiatan awal tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan mental siswa agar siap dalam mempelajari pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru. Penyajian adalah subkomponen yang sering ditafsirkan secara awam sebagai pengajaran karena memang merupakan inti kegiatan pengajaran. Di dalamnya terkandung tiga pengertian pokok, yaitu: urain, contoh, dan latihan. Subkomponen terakhir ini terdiri dari dua langkah, yaitu: pertama tes formatif dan umpan balik, kedua tindak lanjut.
2.      Metode Instruksional
Metode Instruksional terdiri atas berbagai macam metode yang digunakan dalam setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Dalam setiap langkah tersebut mungkin menggunakan satu atau beberapa metode atau mungkin pula beberapa langkah menggunakan metode yang sama.
Tidak setiap metode instruksional sesuai digunakan dalam mencapai tujuan instruksional tertentu. Karena itu pengajar harus memilih metode yang sesuai untuk setiap kompetensi dasar yang ingin dicapai. Metode instruksional berfungsi sebagai cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Berikut beberapa metode yang biasa dilakukan pengajar dalam kegiatan instruksional:
·         Metode ceramah
Metode tersebut berbentuk penjelasan pengajar kepada siswa dan biasanya diikuti dengan Tanya jawab tentang isi pelajaran yang belum jelas. Yang perlu dipersiapkan pengajar adalah daftar topik yang akan diuraikan dan media visual yang sederhana. Metode ini tepat untuk diterapkan bila: kegiatan instruksional baru dimulai, waktu terbatas, jumlah pengajar sedikit. Metode tersebut memilki keterbatasan, yaitu: partisipasi siswa rendah, kemajuan siswa sulit dipantau, perhatian dan minat siswa tidak dapat dipantau.
·         Metode demonstrasi
Yaitu mengambil contoh pelaksanaan suatu keterampilan atau proses kegiatan. Namun dibutuhkan keahlian dalam mendemontrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan sesungguhnya. Setelah demontrasi, siswa diberi kesempatan latihan keterampilan yang sama dibawah pengawasan pengajar. Metode ini dapat digunakan bila: kegiatan instruksional bersifat formal, magang atau latihan kerja. Materi pelajaran berbentuk keterampilan psikomotorik, petunjuk sederhana, bahasa asing, dan prosedur pelaksanaan. Pengajar bermaksud menyederhanakan penyelesaian kegiatan yang panjang, dan menunjukkan suatu standar penampilan.
·         Metode diskusi
Yaitu interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan pengajar untuk menganalisis, menggali, atau memperdebatkan topik tertentu. Untuk menggunakan metode ini pengajar harus: menyediakan bahan, topik atau masalah yang akan didiskusikan, menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas, menugaskan siswa untuk menjelaskan, menganalisis, dan meringkas, membimbing diskusi, sabar terhadap kelompok yang lambat, awas terhadap kelompok yang kebingungan. Metode tersebut tepat digunakan untuk: tahap menengah atau tahap akhir proses belajar, pelajaran formal atau magang, perluasan pengetahuan siswa, belajar mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta mengambil keputusan, membiasakan siswa berhadapan dengan berbagai pendekatan, interpretasi, dan kepribadian, dan menghadapi masalah secara berkelompok. Namun metode ini memilki keterbatasan, yaitu: menyita waktu lama, mensyaratkan siswa mempunyai latar belakang yang cukup dalam topik atau masalah yang didiskusikan, tidak tepat digunakan pada tahap awal.
·         Metode simulasi
Menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan: pada tahap permulaan diperlukan tingkat di bawah realitas. Siswa diharapkan mengidentifikasi lokasi tujuan, sifat-sifat benda, tindakan yang sesuai dengan kondisi tertentu, dan sebagainya. Pada tahap pertengahan diperlukan tingkat realitas yang memadai. Siswa diharapkan dapat mempelajari sesuatu dalam kaitan dengan pengetahuan yang lebih luas dan memulai mengkoordinasikan keterampilan-keterampilan. Pada tahap akhir diperlukan tingkat realitas yang tinggi, dan siswa diharapkan dapat melakukan pekerjaan seperti seharusnya. Metode ini sesuai diterapkan untuk: semua tahap belajar, pendidikan formal dan magang, memberikan kejadian-kejadian analogis, memungkinkan praktik dan umpan balik dengan resiko kecil, diprogramkan sebagai alat pelajaran mandiri. Kelemahannya: biaya pengembangan tinggi dan butuh waktu lama, alat-alat yang mahal, resiko tinggi bagi siswa dan pengajar.
·         Metode studi kasus
Berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian, atau situasi tertentu, kemudian siswa ditugaskan mencari alternatif pemecahannya. Metode ini digunakan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mendapatkan persespsi baru dari suatu konsep dan masalah. Metode ini tepat digunakan untuk siswa yang memiliki pengetahuan cukup dalam masalah tersebut. Kesulitan penggunaan metode ini adalah: mendapatkan kasus yang telah ditulis dengan baik sebagai hasil penelitian di lapangan dan sesuai dengan lingkungan kehidupan siswa, mengembangkan kasus sangat mahal.
·         Metode bermain peran
Metode yang berbentuk interaksi antara dua atau lebih siswa tentang suatu topik atau situasi dengan melakukan peran terbuka. Metode ini digunakan untuk memberikan kesempatan siswa mempraktikkan isi pelajaran dan menemukan masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya. Metode ini memerlukan observasi yang cermat dari pengajar untuk menunjukkan kekurangan setiap peran yang dilakukan siswa.
·         Metode deduktif
Dimulai dengan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemusian disusul dengan penerapannya pada situasi tertentu. Metode ini bergerak dari yang bersifat umum ke khusus. Metode ini tepat digunakan bila: siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajarinya, isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang membutuhkan proses berpikir kritis, pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan pembicara yang baik, dan waktu yang tersedia singkat.
·         Metode induktif
Siswa dibimbing untuk mensintesis, menemukan, dan menyimpulkan prinsip dasar dari kasus yang diberikan yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip dari suatu pelajaran. Metode ini disebut metode discovery atau Socratic. Metode ini digunakan bila: siswa telah mengenal atau berpengalaman terhadap pelajaran tersebut, yang akan diajarkan keterampilan komunikasi, sikap, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan, pengajar adalah pendengar yang baik, fleksibel, sabar, dan waktu yang tersedia cukup panjang.
3.      Media Instruksional
Media instruksional berupa media cetak atau media audiovisual yang digunakan pada setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Seperti halnya penggunaan metode instruksional, mungkin beberapa media digunakan pada suatu langkah atau satu media digunakan pada beberapa langkah.
Media yang digunakan dalam kegiatan instruksional beragam. Pengembang instruksional dapat memilih salah satu atau beberapa di antaranya sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Berbagai macam media dapat digunakan pengajar untuk menyampaikan pesan baik melalui pendengaran ataupun penglihatan.
4.      Waktu
Waktu berapa lama waktu yang digunakan oleh pengajar dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan instruksional.

1 komentar:

  1. Bpk.DR.SULARDI. MM beliau selaku DEPUTI BIDANG BINA PENGADAAN, KEPANGKATAN DAN PENSIUN BKN PUSAT,dan dialah membantu kelulusan saya selama ini,alhamdulillah SK saya tahun ini bisa keluar.Teman teman yg ingin seperti saya silahkan anda hubungi bpk DR.SULARDI.MM Tlp; 0813-4662-6222. Siapa tau beliau mau bantu

    BalasHapus