A.
Profil Jerold E. Kemp
Kemp
Jerrold sudah pensiun dari posisi sebagai profesor pendidikan dan koordinator
produksi media dan jasa pengembangan instruksional di San Jose State
University, pekerjaan yang dipegangnya selama 30 tahun. Seorang mantan presiden
Asosiasi untuk Pendidikan Komunikasi dan Teknologi, ia adalah penulis atau
co-penulis lima buku dan telah berkonsultasi pada proyek-proyek pendidikan yang
inovatif dan praktek di sejumlah sekolah, universitas, dan lembaga-lembaga di
negara-negara asing dan UNESCO. Dr Kemp adalah TECHNOS Tahun 2000 Author Pers.
B.
Model Pembelajaran Jerold E. Kemp
Kemp mengembangkan model desain instruksional yang paling awal bagi
pendidikan. Menurut Kemp, desain pembelajaran terdiri dari banyak bagian dan
fungsi yang saling berhubungan dan mesti dikerjakan secara logis agar mencapai
apa yang diinginkan.
Berorientasi pada perancangan pembelajaran yang menyeluruh. Sehingga guru sekolah dasar dan sekolah menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di bidang industry, serta ahli media yang akan bekerja sebagai peerancang pembelajaran. Model Kemp adalah sebuah pendekatan yang mengutamakan sebuah alur yang dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan program. Dimana alur tersebut merupakan rangkaian yang sistematis yang menghubungkan tujuan hingga tahap evaluasi. Komponen-komponen dalam model pembelajaran Kemp ini dapat berdiri sendiri, sehingga sewaktu-waktu tiap komponennya dapat dilakukan revisi. Ada empat unsur yang merupakan dasar dalam membuat model Kemp:
Berorientasi pada perancangan pembelajaran yang menyeluruh. Sehingga guru sekolah dasar dan sekolah menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di bidang industry, serta ahli media yang akan bekerja sebagai peerancang pembelajaran. Model Kemp adalah sebuah pendekatan yang mengutamakan sebuah alur yang dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan program. Dimana alur tersebut merupakan rangkaian yang sistematis yang menghubungkan tujuan hingga tahap evaluasi. Komponen-komponen dalam model pembelajaran Kemp ini dapat berdiri sendiri, sehingga sewaktu-waktu tiap komponennya dapat dilakukan revisi. Ada empat unsur yang merupakan dasar dalam membuat model Kemp:
1.
Untuk siapa program itu dirancang? (ciri pebelajar)
- Apa yang harus dipelajari? (tujuan yang akan dicapai)
- Bagaimana isi bidang studi dapat dipelajari dengan baik? (metode/strategi pembelajaran)
- Bagaimana mengetahui bahwa proses belajar telah berlangsung? (evaluasi)
C.
Disain Model Pembelajaran Jerold E. Kemp
Rencana pembelajaran didesain untuk menjawab
tiga pertanyaan, ini merupakan pertanyaan terhadap hal-hal yang diperlukan
dalam mendesain pembelajaran yaitu:
1.
Apa yang akan diajarkan?
2.
Apa prosedur dan sumber yang
bisa untuk menjangkau mutu pembelajaran yang diinginkan?
3.
Bagaimana caranya kita untuk
mengetahui nilai yang diperoleh dari pembelajaran yang diinginkan?
Pada dasarnya, perencanaan dalam desain pembelajaran terdiri atas delapan
langkah:
1.
Menentukan tujuan dan daftar topik, menetapkan
tujuan umum untuk pembelajaran tiap topiknya.
2.
Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa
pembelajaran tersebut didesain.
3.
Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
dengan syarat dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar.
4.
Menentukan isi meteri pelajaran yang dapat mendukung
tiap tujuan.
5.
Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal untuk
menentukan latar belakang pelajar dan pemberian level pengetahuan terhadap
suatu topic.
6.
Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber
pembelajaran yang menyenagkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi
siswa siswa akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan.
7.
Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana
penunjang yang meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan
jadwal untuk melaksanakan rencana pembelajaran.
8.
Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka
menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan
kembali beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan.
Untuk
lebih jelasnya, akan kita ungkapkan lebih dalam lagi. Kemampuan belajar yang
dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Berdasarkan kemampuan itu
manusia telah berkembang selama berabad-abad yang lalu dan tetap terbuka
kesempatan yang luas baginya untuk memperkaya diri dan mencapai taraf kebudayaan
yang lebih tinggi. Masing-masing manusia pun mengalami banyak perkembangan di
berbagai bidang, kemampuan ini didapat karena adanya kemampuan untuk belajar. Tujuan
belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil
jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Setiap guru/ pengajar berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang siswanya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama
para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam
diri mereka. Para ahli dalam dunia pendidikan melihat adanya dua bagian pada
proses belajar, ialah: proses pemerolehan informasi baru dan personalia
informasi ini pada individu.
Belajar
terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi
yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa
matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan
terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus
mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan
kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba
memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang
ada.
1. Tujuan, Topik dan Tujuan Umum
Tujuan di perlukan agar hasil perencanaan nantinya dapat mengembangkan
kompetensi yang akan menolong pelajar agar dapat bepartisipasi dalam lingkungan
masyarakat, selain itu, tujuan mesti mengenal perubahan dalam kebutuhan pelajar
dan keterkaitannya dengan apa yang seharusnya diberikan pada siswa. Semua
program pembelajaran hendaknya didasarkan pada pengembangan tujuan dan
tujuan-tujuan itu dapat diambil dari tiga sumber yaitu masyarakat, pelajar itu
sendiri, dan kawasan pembelajaran. Sebenarnya, tujuan-tujuan itu terdiri atas
filsafat dan dari pertimbangan etika serta tuntutan dari masyarakat yang
menghendaki hasil (out put) pembelajaran tersebut.
Sebuah perencanaan mesti menentukan topik utama. Topik tersebut akan menjadi cakupan program pembelajaran yang dibuat. Topik biasanya disusun secara logis, paling simpel dan konkret sehingga orang dapat lansung melihat gambaran dari rencana program pembelajaran tersebut. Topik dapat disusun berdasarkan pengalaman yang didapat atau pemikiran yang menjadi dasar sesuatu yang akan dibuat.
Ketika tim pembelajaran untuk kali pertama menentukan tujuan umum, banyak dari mereka yang menggunakan istilah-istilah penting sebagai penunjang atau penggambaran topik agar dapat memahami dengan benar keluaran (output) dari rancangan pembelajaran.
Berikut beberapa pernyataan dari tujuan umum yang biasanya digunakan untuk menggambarkan topik:
Sebuah perencanaan mesti menentukan topik utama. Topik tersebut akan menjadi cakupan program pembelajaran yang dibuat. Topik biasanya disusun secara logis, paling simpel dan konkret sehingga orang dapat lansung melihat gambaran dari rencana program pembelajaran tersebut. Topik dapat disusun berdasarkan pengalaman yang didapat atau pemikiran yang menjadi dasar sesuatu yang akan dibuat.
Ketika tim pembelajaran untuk kali pertama menentukan tujuan umum, banyak dari mereka yang menggunakan istilah-istilah penting sebagai penunjang atau penggambaran topik agar dapat memahami dengan benar keluaran (output) dari rancangan pembelajaran.
Berikut beberapa pernyataan dari tujuan umum yang biasanya digunakan untuk menggambarkan topik:
a. Untuk
memperoleh kemampuan apa
b. Untuk
menilai
c. Untuk
menjadi tahu akan
d. Untuk
menjadi akrab dengan
e. Untuk
dikenalkan pada
f. Untuk
percaya dalam
g. Untuk
memahami
h. Untuk
memutuskan
i.
Untuk menikmati
j.
Untuk mengetahui arti dari
k. Untuk
memiliki perasaan pada
l.
Untuk mengenali
m. Untuk
belajar
n. Untuk
meniru
o. Untuk
menguasai
p. Untuk
merasakan
q. Untuk
mengerti
r.
Untuk menggunakan
Jadi perencanaan pembelajaran
sering dimulai dengan pernyataan yang berorientasi pasa tujuan umum bagi topik
yang telah ada sebelumnya.
2. Karakteristik Pelajar
Ketika mendesain sebuah rencana pembelajaran, kita mesti cepat memutuskan
karakteristik dari siswa karena dengan mengetahui karakteristik tersebut sangat
membantu dalam membuat perencanaan pembelajaran. Faktor-faktor yang mesti
diperhatikan dalam membantu menentukan karakteristik siswa yaitu:
faktor akademi, antara lain jumlah siswa, latar belakang akademi/ pendidikan, rata-rata nilai, tingkat kepintaran, tingkatan membaca, prestasi dan tes kemampuan, adat kebiasaan, kemampuan untuk bekerja sendiri, latar belakang pelajaran atau topik, motivasi untuk belajar, harapan-harapan belajar, dan aspirasi kebudayaan.
Faktor sosial, antara lain umur, tingkat kematangan, bakat spesial, emosi dan kejiwaan, hubungan antar pelajar.
faktor akademi, antara lain jumlah siswa, latar belakang akademi/ pendidikan, rata-rata nilai, tingkat kepintaran, tingkatan membaca, prestasi dan tes kemampuan, adat kebiasaan, kemampuan untuk bekerja sendiri, latar belakang pelajaran atau topik, motivasi untuk belajar, harapan-harapan belajar, dan aspirasi kebudayaan.
Faktor sosial, antara lain umur, tingkat kematangan, bakat spesial, emosi dan kejiwaan, hubungan antar pelajar.
Informasi-informasi dari kandungan faktor-faktor di atas dapat diperoleh
dari kumpulan catatan siswa dan dari konsultasi dengan guru-guru, bimbingan
konseling dan lain-lain. Hasil dari daftar informasi tersebut, sebaiknya
ditambah dengan surve perilaku dan tes awal. Faktor lain seperti kondisi dan
gaya belajar juga mesti dicatat dan diperhatikan pada saat perencanaan agar
ciri-ciri pelajar yang diidentifikasi dapat lebih sempurna.
3. Tujuan Pembelajaran
Semua tujuan pembelajaran mesti diwujudkan sebagai syarat yang akan
meningkatkan aktivitas pembelajaran. Dengan menciptakan tujuan-tujuan yang
pasti, kita dapat mengetahui dengan jelas apa yang ingin kita ajarkan dan
kemudian dapat memutuskan apa-apa saja yang telah dicapai. Menetukan tujuan merupakan
sebuah aktifitas yang bersifat pengembangan yang meminta ketelitian, perubahan
dan penambahan. Bagi sebagian guru, tujuan dapat menjadi jelas setelah
pelajaran dibuat garis besarnya. Kategori dari tujuan pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:
Kognitif,
merupakan kategori yang memberikan perhatian yang lebih dalam program
pendidikan. S.Bloom. dkk, sebuah taksonomi bagi kognitif. Dalam hal ini, dia
(kognitif) dimulai dari pengetahuan sederhana sampai tingkat tertinggi yaitu:
a.
Mengetahui, merupakan kemampuan untuk mengingat,
mengulang kembali apa yang didapat dan lain sebagainya.
b.
Memahami, merupakan kemampuan untuk menggunakan atau
menerapkan informasi, teori-teori, prinsip-prinsip/ hukum-hukum dari situasi
baru.
c.
Analisis, merupakan kemampuan untuk membagi
pengetahuan yang rumit menjadi bagian-bagian yang terurai dan mengetahui
hubungan tiap bagian.
d.
Sintesis, merupakan kemampuan untuk menyatukan
bagian-bagian yang terpisah menjadi bentuk baru.
e.
Evaluasi, merupakan kemampuan untuk menilai
berdasarkan pada pengetahuan/ pemberian criteria.
Psikomotor, adalah kemampuan dalam
menggunakan dan mengkoordinasi otot rangka dalam aktivitas fisik dan melakukan
sesuatu. Psikomotor ini meliputi:
a.
Pergerakan tubuh yang kasar
b. Pergerakan
halus dikoordinasi
c. Komunikasi
non-lisan
d. Tingkah
laku berbicara
Afektif, ini
meliputi sikap, penilaian atau penghargaan, nilai-nilai dan emosi seseorang.
David R.Krathwohl.dkk membagi afektif dalam lima tingkatan:
a.
Penerimaan, keinginan untuk memberikan perhatian
pada sebuah aktifitas.
b.
Menanggapi, keinginan untuk mereaksi sesuatu.
c.
Penilaian, keinginan untuk menerima sesuatu melalui
sikap yang positif.
d.
Pengorganisasian, ketika menemukan situasi yang
memiliki lebih dari satu penerapan, keinginan untuk mengorganisasikan nilai
dapat digunakan.
e.
Penggambaran sebuah nilai yang kompleks.
Adapun prosedur dalam penulisan tujuan pembelajaran adalah:
a.
Dimulai dengan sebuah tindakan yang menggambarkan
perilaku/ aktivitas oleh pelajar.
b.
Mengikuti perilaku dengan referensi yang menggambarkan
sesuatu yang lagi disenangi.
c.
Jika bagian-bagian yang diperlukan tersebut
memerlukan beberapa hitungan, tambahkan standar performance yang
mengidentifikasi pencapaian minimum yang dapat diterima.
d.
Sebagai kebutuhan pemahaman siswa dan agar
menetapkan keperluan evaluasi, tambahkan beberapa kriteria-kriteria.
Tujuan
perencanaan pembelajaran juga memiliki keuntungan dan kelemahan, antara lain.
Kelebihan
Kelebihan
a.
Kerangka dari beberapa tujuan program pembelajaran
dibuat atas kompetensi dasar, dimana siswa menguasai pembelajaran merupakan
sebuah harapan untuk dapat menjadi dampak dikemudian hari.
b.
Tujuan menginformasikan siswa apa yang akan dituntut
atau diminta dari mereka.
c.
Tujuan membantu perancang program pembelajaran untuk
berpikir secara jelas dan mengatur serta mengurutkan seuatu.
d.
Tujuan mengidentifikasi tipe dan meningkatkan
aktivitas yang diperlukan untuk menyukseskan pembelajaran.
e.
Tujuan menyediakan dasar pengevaluasian dengan
pembelajaran siswa.
f.
Tujuan menyediakan sesuatu yang baik untuk
berkomunikasi.
Kelemahan
a.
Hampir semua tujuan berhubungan dengan tingkat
kognitif yang rendah.
b.
prosedur digunakan untuk menetapkan penerapan tujuan
yang baik untuk kognitif dan psikomotor namun afektif tidak demikian.
c.
Pada saat tujuan boleh jadi digunakan dalam
pembelajaran yang membutuhkan struktur kandungan yang tinggi seperti matematika
dan sains, mereka dibatasi menggunakan sesuatu yang erat dengan kemanusiaan
seperti seni, ilmu sosial dan lain sebagainya.
d.
Guru tidak dapat menentukan semua dampak kemajuan
dari program pembelajaran.
e.
Membuat pembelajaran terlalu bersifat mekanik dan
perorangan.
4. Menentukan Isi Materi
Materi harus berdasarkan pada tujuan pembelajaran. Karena bagian
terpenting dari desain pembelajaran terletak pada tujuan pembelajaran itu
sendiri. Dalam beberapa kasus, isi dari materi pembelajaran adalah turunan dari
tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dapat diartikan sebagai apa yang akan dituju oleh materi pembelajaran. Atau dengan kata lain, tujuan pembelajaran adalah hasil dari materi pembelajaran.
Dalam pembelajaran yang bersifat tradisional biasanya para guru menjadikan materi pembelajaran sebagai titik berangkat dari sebuah pembelajaran dan hal itu masih banyak terjadi hingga saat ini. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam mengorganisir isi pembelajaran. Ada beberapa hal yang harus kita lakukan dalam menentukan isi pembelajaran yaitu mencakup pemilihan dan pengaturan dari pengetahuan yang spesifik, skill dan faktor sikap/ pendirian.
Tujuan pembelajaran dapat diartikan sebagai apa yang akan dituju oleh materi pembelajaran. Atau dengan kata lain, tujuan pembelajaran adalah hasil dari materi pembelajaran.
Dalam pembelajaran yang bersifat tradisional biasanya para guru menjadikan materi pembelajaran sebagai titik berangkat dari sebuah pembelajaran dan hal itu masih banyak terjadi hingga saat ini. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam mengorganisir isi pembelajaran. Ada beberapa hal yang harus kita lakukan dalam menentukan isi pembelajaran yaitu mencakup pemilihan dan pengaturan dari pengetahuan yang spesifik, skill dan faktor sikap/ pendirian.
Dalam menetukan level tujuan kita dapat memakai prinsip pembelajaran
behavior-nya Gagne yaitu fakta, konsep, hal – hal yang terpenting dan problem
solving. Jika siswa sudah mempelajari hal-hal penting dalam suatu pembelajaran
maka selanjutnya diharapkan mereka dapat mengaplikasikannya dan mengkorelasikan
dengan situasi masalah. Langkah- langkah itu adalah:
a.
Menerangkan kejadian.
b.
Menduga alasan.
c.
Memprediksi konsekuensi.
d.
Mengontrol situasi.
e.
Memecahkan masalah.
5. Penilaian Awal
Penilaian awal memiliki peranan yang cukup penting dalam model desain
ini. Dengan melakukan hal ini kita dapat mengetahui tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh murid. Mengetahui kondisi pengetahuan murid sangat membantu kita
dalam mendesain pembelajaran.
Penilaian awal juga dapat membantu untuk mengefisiensikan pembelajaran. Dengan melakukan tahapan ini kita dapat mengetahui tingkatan pengetahuan murid. Dengan demikian seorang murid tidak perlu membuang-buang waktu untuk mempelajari kembali materi yang telah mereka kuasai. Ada dua hal yang dapat kita lakukan dalam pre-Assessment yaitu prerequisite test dan pretest.
Penilaian awal juga dapat membantu untuk mengefisiensikan pembelajaran. Dengan melakukan tahapan ini kita dapat mengetahui tingkatan pengetahuan murid. Dengan demikian seorang murid tidak perlu membuang-buang waktu untuk mempelajari kembali materi yang telah mereka kuasai. Ada dua hal yang dapat kita lakukan dalam pre-Assessment yaitu prerequisite test dan pretest.
Identifikasi
Pengalaman Siswa
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa memiliki pengalaman/ ilmu
yang terkait dengan materi yang akan diberikan. Tes ini dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara seperti menyebar angket, melihat hasil pekerjaan siswa,
mengobservasinya ketika tengah bekerja, atau dengan wawancara. Dengan melakukan
proses ini kita dapat memilah dan memilih materi apa saja yang tidak perlu
disampaikan, disampaikan sebagian saja, atau bahkan disampaikan mulai dari
tingkatan dasar.
Pretest
Tahapan lainnya dalah pretest. Pretest dilakukan untuk pemahaman siswa terhadap materi yang akan diberikan. Untuk beberapa kasus ada yang mendampingkan pretest dengan posttest dengan demikian kita dapat meihat hasil pembelajaran dengan membandingkan hasil pretest dan posttest. Keuntungan lainnya adalah hasil posttest dapat digunakan sebagai prerequisite test untuk materi lain yang memiliki keterkaitan dengan materi ini.
Pretest
Tahapan lainnya dalah pretest. Pretest dilakukan untuk pemahaman siswa terhadap materi yang akan diberikan. Untuk beberapa kasus ada yang mendampingkan pretest dengan posttest dengan demikian kita dapat meihat hasil pembelajaran dengan membandingkan hasil pretest dan posttest. Keuntungan lainnya adalah hasil posttest dapat digunakan sebagai prerequisite test untuk materi lain yang memiliki keterkaitan dengan materi ini.
Dalam pelaksanaannya, pretest tidak selalu harus dilakukan dengan konsep
formal. Misalnya saja kita dapat bertanya langsung pada siswa di dalam kelas.
Kita dapat bertanya berapa banyak diantara mereka yang telah mengerti dengan
materi yang akan diberikan. Jumlah siswa yanhg mengangkat tangan dapat menjadi
data yang sangat berguna bagi kita.
Di lapangan, pretest tidak terlalu berpengaruh pada pembelajaran
tradisional yang masih bersifat pasif karena pembelajaran seperti itu lebih
terkesan menyamaratakan kondisi siswa. Tapi manfaat dari pretest dapat kita
ambil ketika kita melakukan pembelajaran yang bersifat personal.
Manfaat lainnya adalah untuk mengenalkan siswa pada materi yang akan dia
pelajari. Namun, ada yang harus kita perhatikan ketika kita melakukan pretest,
faktanya tidak semua siswa siap dalam menmghadapi tes seperti itu. Sebelumnya
kita harus memberitahukan bahwa hasil dari tes ini tidak ada sangkut pautnya
dengan nilai yang akan mereka peroleh.
6. Aktifitas dan Sumber-sumber
Pembelajaran
Pada tahapan ini dijelaskan tentang bentuk-bentuk dari kegiatan bejalar
yang efektif dan media-media yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
Sumber belajar, hal penting yang tidak boleh kita lupakan adalah media
sumber belajar. Hendaknya kita memilih media yang cocok dengan kondisi dan
materi yang akan diberikan. Media yang baik dapat memotifasi siswa dan dapat
menjelaskan materi secara efektif serta mengilustrasikan isi materi. Media yang
digunakan dapat bermacam – macam. Media yang digunakan dapat berupa media
cetak, media audio, media visual, dan media audio visual yang terpenting media
itu dapat menunjang kegiatan personal maupun kelompok.
Dalam melakukan proses pembelajaran hendaknya kita memilih alternatif
kegiatan yang paling efektif dan sesuai dengan keadaan siswa. Namun demikian
sebenarnya tidak ada rumus yang baku untuk mensinkronkan alternatif jenis
kegiatan pembelajaran dengan kebutuhan dan kodisi siswa. Namun kita masih dapat
menentukan jenis alternatif pembelajaran dengan cara menganalisis setiap
kelebihan dan kekurangannya lalu disinkronkan dengan keadaan siswa.
Umumnya para guru dapat mendesain pembelajaran dengan bantuan buku
manual. Namun hal itu hanya terbatas pada pembelajaran yang bersifat
tradisional saja. Padahal ilmu pendidikan senantiasa berkembang dan terus
mengeluarkan produk-produk baru yang lebih canggih lagi. Dari sinilah masalah
muncul, karena para guru tidak menguasai produk-produk baru tersebut. Disinilah
peran seorang pendesain diperlukan.
Dalam perkembangan selanjutnya ada tiga alternatif pembelajaran yang
memiliki kelebihan jika dibanding dengan alternatif lainnya. Tiga alternatif
itu adalah presentasi group presentation, individualized learning, dan
interaction between teacher and student.
Ada beberapa alasan yang mendasari ketiga alternatif pembelajaran di atas dinilai lebih efisien dan efektif karena dengan melakukan presentasi proses penyampaian informasi lebih bersifat pasif. Selain itu setiap siswa memiliki kondisi poercepatan pemahan yang berbeda dalam memahami suatu materi.
Ada beberapa alasan yang mendasari ketiga alternatif pembelajaran di atas dinilai lebih efisien dan efektif karena dengan melakukan presentasi proses penyampaian informasi lebih bersifat pasif. Selain itu setiap siswa memiliki kondisi poercepatan pemahan yang berbeda dalam memahami suatu materi.
a.
Group Presentation
Pada kegiatan ini guru atau siswa melakukan sebuah presentasi untuk
menyampaikan sebuah materi. Kegiatan seperti ini harus ditunjang oleh tempat
yang memadai seperti di dalam kelas atau aula. Dalam pelaksanaannya penyaji
dapat menggunakan alat bantu untuk menyampaikan presentasinya alat itu dapat
berupa media audio, visual atau audio visual.
Ada tiga karakter manusia yang akan ditunjukkan oleh siswa dalam kegiatan
ini. Karakter pertama adalah siswa yang aktif berinteraksi. Siswa akan aktif
dalam kegiatan diskusi, ia akan berpendapat, bahkan tetap berkonsultasi dengan
penyaji setelah kegiatannya selesai. Tipe kedua adalah siswa yang hanya bekerja
di tempat duduknya. Dan karakter ketiga adalah siswa yang bersifat kritis pada
setiap materi yang disampaikan oleh penyaji dan biasanya keikutsertaannya lebih
cenderung kearah banyak bertanya.
b.
Individualized Learning
Yang melatar belakangi konsep ini adalah bahwa setiap orang memiliki
tingkat kecerdasan dan percepatan pemahaman yang berbeda. Selain itu setiap
siswa juga memiliki pola pikir dan cara belajar yang berbeda. Untuk itu, guru
harus dapat mendesain jenis pembelajaran yang sesuai dengan keadaan dan
karakteristik yang dimiliki oleh siswa. Istilah lain untuk bentuk pembelajaran
seperti ini adalah self instruction, independent study, individualized
prescribed instruction dan self directed atau self-paced learning.
c.
Interaction Between Teachers and Student
Format pembelajaran seperti ini adalah pembentukan kelompok-kelompok
kecil. Dalam kelompok itu guru dan siswa melakukan diskusi dan saling bertukar
pikiran sehingga dapat terjadi proses mengambil pelajaran dari peserta lainnya
dengan metode ini juga setiap peserta akan dapat saling memahami karakter satu
sama lain.
Agar memperoleh hasil yang maksimal, maka anggota kelompok ini harus dibatasi. Kelompok ini terdiri dari tujuh sampai 12 orang. Ada beberapa kelebihan yang dapat diambil dari model ini. Dengan model ini para peserta akan terlatih dalam kemampuan mendengar dan berbicara. Hal ini terlatih ketika mereka tengah menyampaikan pendapat. Selain itu, bentuk ini juga melatih kepemimpinan.
Agar memperoleh hasil yang maksimal, maka anggota kelompok ini harus dibatasi. Kelompok ini terdiri dari tujuh sampai 12 orang. Ada beberapa kelebihan yang dapat diambil dari model ini. Dengan model ini para peserta akan terlatih dalam kemampuan mendengar dan berbicara. Hal ini terlatih ketika mereka tengah menyampaikan pendapat. Selain itu, bentuk ini juga melatih kepemimpinan.
7. Sarana Penunjang
Selanjutnya
kita memerlukan beberapa hal yang dapat menunjang program pembelajaran. Hal itu
diantaranya adalah biaya, fasilitas, peralatan, waktu dan jadwal, serta
kordinasi dengan aktifitas lainnya.
a.
Biaya
Dana merupakan
hal yang amat krusial dalam pengembangan pendidikan. Semua program baru yang
akan dipakai tentunya memerlukan dana untuk memulainya. Sekolah yang ingin
mengembangkan program pendidikannya misalnya saja dengan membuat inovasi baru,
penelitian, dan pengembangan memerlukan biaya untuk menjalankannya. Pemanfaatan
biaya dilakukan ketika masa pengembangan dan selama pemakaian peralatan.
b.
Fasilitas
Proses
pembelajaran tentunya membutuhkan fasilitas yang memadai untuk
keberlangsungannya. Berikut adalah kegiatan beserta fasilitas yang
dibutuhkannya:
·
Dalam
kegiatan presentasi, kita membutuhkan proyektor audio visual, sound sistem, dan
perlengkapan lainnya.
·
Tempat
pembelajaran mandiri. Merupakan sebuah tempat yang diperuntukkan untuk para
siswa dalam melakukan proses pembelkajaran mandiri.
·
Ruangan
untuk kegiatan belajar kelompok. Ruangan ini didesain dengan furniture yang
tidak formal. Kemudian dilengkapi dengan proyektor audio visual, dan papan
display misalnya papan tulis.
·
Ruang
peralatan. Ruang ini digunakan untuk menyimpan barang – barang yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran. Dari ruang ini pula dikordinirnya setiap
peralatan yang digunakan untuk membantu proses pembelajara.
·
Ruang
rapat untuk staff.
c.
Peralatan
Dalam menjalankan program yang telah dijalankan tentunya kita memerlukan beberapa peralatan untuk menunjang kegiatan tersebut. Dalam mendesain sebuah program kita harus memastikan bahwa kita memiliki atau setidaknya dapat mengusahakan peralatan yang akan kita pakai. Karena ketidak tersediaan alat bisa mempengaruhi program yang akan dijalankan.
Dalam menjalankan program yang telah dijalankan tentunya kita memerlukan beberapa peralatan untuk menunjang kegiatan tersebut. Dalam mendesain sebuah program kita harus memastikan bahwa kita memiliki atau setidaknya dapat mengusahakan peralatan yang akan kita pakai. Karena ketidak tersediaan alat bisa mempengaruhi program yang akan dijalankan.
Selain itu
kita harus mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang alat yang akan kita
gunakan dari orang yang kompeten dibidang itu. Kita harus mencari tahu
informasi tentang peralatan yang akan kita gunakan dengan demikian kita dapat
memilih barang yang tepat. Peralatan yang kita pilih sebaiknya peralatan yang
mudah dipergunakan dan memiliki resiko yang kecil.
Hal
penting lainnya adalah kita tetap membutuhkan orang-orang yang kompeten dengan
peralatan itu. Selain itu kita jangan terjebak dengan barang-barang yang
canggih, namun sebenarnya kita tidak memerlukan kecanggihannya agar kita tidak
terjebak pada mubazir.
d. Waktu dan Jadwal
Dalam
menentukan program hendaknya kita memperhatikan jadwal dan waktu yang tepat.
Jangan sampai waktu yang kita tentukan bentrok dengan kegiatan lainnya.
Selain itu
kita juga harus memperhatikan jangan sampai waktu yang kita pilih ternyata
bentrok dengan program lain yang belum selesai.
e. Koordinasi dengan aktifitas Lainnya
Kita pun
harus mengkordinasikan program yang kita buat dengan pihak-pihak lainnya.
Misalnya saja untuk masalah perizinan. Terutama sekali jika siswa yang menjadi
bagian dari program kita adalah siswa yang masih membutuhkan bimbingan orang
tuanya. Kita harus mengkomunikasikan kegiatan ini dengan orang tua. Bahkan jika
perlu kita undang orang tuanya untuk hadir dan mengawasi program yang telah
kita rencanakan.
8. Evaluasi
Selanjutnya
adalah proses evaluasi. Evaluasi harus sejalan dengan tujuan awal pembelajaran.
Selanjutnya tujuan awal pembelajaran akan berperan sebagai acuan dari evaluasi.
Proses evaluasi ini berfungsi untuk mengukur hasil outcome dari pembelajaran
yang telah dilakukan. Selain itu proses evalusi juga berfungsi untuk mengukur
tingkat keberhasilan program pembelajaran yang telah didesain. Dari proses
evaluasi ini kita dapat melihat perbandingan siswa yang lulus dan tidak lulus.
Jika perbandingan siswa yang lulus lebih banyak dibandingkan siswa yang tidak
lulus maka pembelajaran ini dianggap berhasil.
Ada beberapa
bentuk tes yang dapat digunakan untuk proses evaluasi. Salah satunya adalah tes
dengan format pilihan ganda. Tes dengan bentuk seperti ini bisa diterapkan pada
siswa dalam berbagai tingkatan pemahaman baik yang pemahamannya sudah maksimal
maupun belum.
Selain itu
ada juga tes yang berbentuk essay. Tes seperti ini dipakai untuk menguji
tingkat pemahaman siswa akan materi yang dipelajarinya. Dengan bentuk seperti
ini siswa dapat lebih mengapresiasikan pemahamannya dengan lebih leluasa.
Dengan metode seperti ini siswa dapat mengorganisir, menghubungkan dan
mengintegrasikan setiap materi yang telah dipelajarinya.
Selain
kedua bentuk tes tadi ada juga bentuk tes untuk menguji kemampuan psikomotorik.
Tes seperti ini dilakukan dengan cara praktek. Contohnya adalah tes menyetir
bagi seseorang yang sedang mengikuti les menyetir.
Ada
beberapa karakteristik dari tes yang harus diperhatikan yaitu:
a. Tes benar – benar ditujukan untuk
mengevaluasi tujuan pembelajaran. Namun dalam beberapa hal, tes juga dapat
digunakan untuk mengetes sub tujuan dari pembelajaran.
b. Tujuan pembelajaran yang merupakan
tujuan utama dari pembelajaran hendaknya tidak dites denga denga satu cara tapi
dites dengan beberapa alternatif cara lainnya. Hal ini berguna untuk memberikan
kesempatan pada siswa untuk dapat menjawab dan memperlihatkan kemampouannya
dengan maksimal mengingat tujuan tes yang begitu penting.
c. Tes yang diberikan benar – benar
bersifat semata – mata untuk menguji tujuan utama dari pembelajaran.
D.
Aplikasi Model Pembelajaran Jerold E. Kemp
Model
desain pembelajaran J. Kemp merupakan model desain pembelajaran di jenjang SD,
SMP, dan SMA. Aplikasi model desain pembelajaran ini dibuat dalam bentuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Perencanaan pembelajaran atau biasa
disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran
mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.
Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun
yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Karena
itu, RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan
yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada
sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam
menjalankan profesinya. Sebagaimana rencana pembelajaran pada umumnya, rencana
pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dirancang oleh guru yang akan
melaksanakan pembelajaran di kelas yang berisi skenario tentang apa yang akan
dilakukan siswanya sehubungan topik yang akan dipelajarinya.
Dalam
penerapan aplikasi model J. Kemp, diterapkan dalam sebuah RPP yang bisa
dijabarkan sebagai berikut:
a. Menentukan Tujuan Umum
Sebagaimana
diketahui bahwa menuliskan tujuan pembelajaran umum (TPU) untuk pokok bahasan
adalah salah satu unsur penting dalam proses perencanaan pembelajaran. Beberapa
pendekatan perencanaan menghendaki atau mempersyaratkan segera dilakukannya
penulisan tujuan umum tersebut setelah diketahui pokok bahasan yang akan
diajarkan.ini pekerjaan sulit dan kurang disenangi dan tidak banyak orang yang
dapat merinci dengan jelas berbagai tujuan umum. Bahkan ketika tujuan umum
mulai ditulis, berbagai istilah berikut ini sering digunakan seperti :
memahami, mempelajari, menanamkan sikap, memperoleh keterampilan dan lain-lain.
Semua
istilah di atas itu tidak cocok untuk menyatakan tujuan kegiatan belajar. Penggunaan
istilah di atas memang menyatakan tujuan atau maksud guru sebagai hasil belajar
utama setelah mempelajari pokok bahasan yang ditentukan, namun tidak secara
khusus menunjukkan kemampuan apa yang harus dicapai siswa. Jangan menyamakan
pernyataan tujuan, yang ditulis secara umum untuk suatu mata diklat secara
keseluruhan, dengan tujuan pembelajaran umum pembelajaran (TPU) yang ditulis untuk
suatu pokok bahasan. Beberapa istilah dapat digunakan untuk tujuan umum
diantaranya: menghargai, mengenali, menentukan, memahami arti, menguasai,
menilai, mengerti, dan sebagainya. Jadi tujuan umum terdiri atas sebuah kata
kerja yang tidak pasti, dan isi pokok bahasan yang bersifat luas.
b. Menganalisis Karakteristik Siswa
Analisis
paralel terhadap peserta didik dan konteks dimana mereka belajar dan konteks
apa tempat mereka menggunakan hasil pembelajaran. Keterampilan-keterampilan
perserta didik yang ada saat ini, yang lebih disukai dan sikap-sikap ditentukan
berdasarkan karakteristik atau setting pembelajaran dan setting lingkungan tempat
keterampilan diterapkan.
Aspek-aspek
yang diungkap dalam kegiatan ini dapat berupa bakat, motivasi belajar, gaya
belajar, kemampuan berfikir, minat, atau kemampuan awal.
c. Menentukan Tujuan Pembelajaran
Khusus
Mengacu
kepada pengertian tujuan pembelajaran umum diatas menunjukkan kurang jelasnya
apa yang diharapkan dari siswa. Kalau apa yang diharapkan tidak dibatasi dengan
jelas, siswa tentu tidak akan tahu dengan pasti apa yang akan dipelajari atau
kegiatan apa yang perlu dilaksanakan. Di samping itu, tanpa batasan tersebut,
guru tentu akan menghadapi kesulitan dalam mengukur hasil belajar secara rinci.
Kelemahan ini dapat diatasi apabila guru menuliskan dengan tepat manfaat nyata
yang akan diperoleh siswa sebagai hasil belajar mereka. Manfaat ini dapat
ditunjukkan dalam bentuk sesuatu yang akan diraih siswa setelah belajar. Dari
sinilah lahir tujuan pembelajaran khusus (TPK.) atau sasaran pembelajaran. Dengan
mengetahui apa yang diharapkan dalam bentuk tujuan pembelajaran khusus kita
memperoleh manfaat antara lain:
·
Siswa
dapat mengatur tata cara belajar mereka dengan baik dan menyiapkan diri untuk
menempuh ujian.
·
Siswa
memiliki rasa percaya diri dan termotivasi untuk melanjutkan kegiatan belajar
berikutnya.
·
Merupakan
landasan bagi guru dalam memilih dan menyusun aktivitas pembelajaran dan sumber
belajar, serta memilih media metode agar pembelajaran lebih efektif.
·
Tujuan
pembelajaran khusus merupakan acuan kerja untuk merancang alat evaluasi. Jadi
tujuan pembelajaran khusus (TPK.) harus dapat menjadi dasar untuk merancang.
·
Cara
dan soal ujian yang relevan. Tujuan pembelajaran khusus dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kategori utama yakni ranah kognitif, ranah psikomotor, dan ranah
afektif. Pemahaman tentang jenjang dalam tiap ranah sangat berguna ketika
merencanakan satuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk suatu mata
diklat.
d. Menentukan Materi Pembelajaran
Setelah
menetapkan tujuan khusus pembelajaran, maka langkah berikutnya adalah
menetapkan isi (produk) belajar atau bahan ajar. Proses pembelajaran dapat
ditingkatkan apabila bahan ajar atau tata cara yang akan dipelajari tersusun
dalam urutan yang bermakna. Kemudian, bahan itu harus disajikan kepada siswa
dalam beberapa bagian, dimana banyak sedikitnya bagian tersebut bergantung pada
urutan, kerumitan dan tingkat kesulitannya. Susunan dan tata cara ini dapat
membantu siswa menggabungkan dan memadukan pengetahuan atas proses secara
pribadi. Pada tahap ini ditetapkan konsep, prinsip, azas yang mana harus
dikuasai siswa. Bahan ajar yang ditetapkan itu diuraikan dalam setiap langkah
pembelajaran secara sistematis.
e. Menentukan Kegiatan Belajar Mengajar
Setelah
tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus dan tata urut bahan ajar
telah ditetapkan oleh guru, maka muncul persoalan berikutnya yakni bagaimana
memilih strategi pembelajaran. Penetapan strategi pembelajaran mengacu kepada
proses penetapan struktur kegiatan pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran
mesti tergambarkan tahap-tahap pengajaran, situasi belajar yang perlu
dikembangkan, kegiatan guru dan siswa dan sumber-sumber belajar. Proses
menentukan struktur kegiatan belajar mengajar ini berkaitan erat dengan pemilihan
penentuan model mengajar yang digunakan. Walaupun seorang guru tidak mungkin
secara kaku hanya menggunakan satu model mengajar tertentu dalam suatu kegiatan
pembelajaran, namun model utama yang akan digunakan kiranya dapat pula
ditentukan. Dalam kegiatan pembelajaran guru dapat memilih satu atau beberapa
model mengajar yang relevan sebagai strategi.
f. Mentukan Pre-Test
Menilai
hasil belajar merupakan unsur terakhir dari keempat unsur penting dalam proses
perancangan pembelajaran. Untuk merancang alat penilaian hasil belajar guru
perlu mengenali kembali rumusan tujuan pembelajaran khusus (TPK). Untuk
kemudian guru harus mengembangkan alat uji dan bahan untuk mengukur seberapa
jauh siswa telah menguasai pengetahuan yang dipelajarinya, dapat memperagakan
keterampilannya dan menunjukkan perubahan dalam sikapnya sebagaimana yang
dituntut tujuan khusus pembelajaran tersebut. Harus ada hubungan langsung
antara tujuan khusus pembelajaran dengan soal dalam alat uji penilaian.
Beberapa pakar bahkan menganjurkan agar segera setelah isi bahan ajar dan
rincian tujuan pembelajaran khusus selesai ditulis, guru dapat langsung membuat
soal ujian yang berhubungan dengan isi mata diklat tadi.
g. Melakukan Evaluasi
Evaluasi
merupakan alat yang digunakan untuk mengungkap taraf kenberhasilan
pembelajaran, khususnya untuk mengukur hasil belajar siswa. Melalui evaluasi
dapat diketahui efcktivitas proses pembelajaran dan tingkat pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Evaluasi yang baik adalah alat yang tepat (valid), dapat
dipercaya (reliable) dan memadai (adequate). Pcngukuran tingkat keberhasilan
siswa dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis (written test), tes lisan
(oral test) ataupun tes praktck (performance test). Evaluasi mcrupakan laporan
(akhir) dari proses pembelajaran khususnya laporan tentang kemajuan prestasi
belajar siswa. Evaluasi secara otomatis merupakan pertanggungjawaban guru dalam
pelaksanaan proses pembelajaran.
Rencana pelaksanaan pembelajaran untuk mata diklat tertentu dharus menekankan pada pengajaran pengetahuan atau keterampilan namun tidak mengabaikan penekanan pada aspek afektif. Merancang RPP dengan cara bersistem diharapkan dapat mempersiapkan para siswa untuk menggunakan semua yang mungkin mereka kuasai untuk kebutuhan pribadi, sosial, atau pekerjaan dimasa datang. Apapun tujuan suatu mata diklat, proses perencanaan pelaksanaan pembelajaran membutuhkan proses berpikir secara menyeluruh. Jadi pendekatan yang dipilih seyogianya pendekatan yang memungkinkan adanya kerja sama antara siswa (dan dengan guru). Berbagai hasil penelitian yang dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar guru dengan menggunakan persiapan mengajar dengan baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar tanpa menggunakan persiapan mengajar yang baik.
Rencana pelaksanaan pembelajaran untuk mata diklat tertentu dharus menekankan pada pengajaran pengetahuan atau keterampilan namun tidak mengabaikan penekanan pada aspek afektif. Merancang RPP dengan cara bersistem diharapkan dapat mempersiapkan para siswa untuk menggunakan semua yang mungkin mereka kuasai untuk kebutuhan pribadi, sosial, atau pekerjaan dimasa datang. Apapun tujuan suatu mata diklat, proses perencanaan pelaksanaan pembelajaran membutuhkan proses berpikir secara menyeluruh. Jadi pendekatan yang dipilih seyogianya pendekatan yang memungkinkan adanya kerja sama antara siswa (dan dengan guru). Berbagai hasil penelitian yang dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar guru dengan menggunakan persiapan mengajar dengan baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar tanpa menggunakan persiapan mengajar yang baik.
E.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jerold E.
Kemp
1.
Kelebihan
Didalam diagram pengembangan Kemp berbentuk
bulat telur yang tidak memiliki titik awal tertentu sehingga dapat memulai
perancangan secara bebas. Dari bentuknya yang bulat telur itu juga menunjukkan
adanya saling ketergantungan diantara unsur-unsur yang terlibat. Dalam model
pembelajaran Kemp ini, disetiap melakukan langkah atau prosedur terdapat revisi
terlebih dahulu gunanya untuk menuju ketahap berikutnya. Tujuannya adalah
apabila terdapat kekurangan atau kesalahan ditahap tersebut, dapat dilakukan
perbaikan terlebih dahulu sebelum melangkah ketahap berikutnya.
2.
Kekurangan
Model pembelajaran Kemp ini agak condong ke
pembelajaran klasikal atau pembelajaran dikelas. Oleh karena itu, peran guru
disini mempunyai pengaruh yang besar, karena mereka dituntut dalam rangka
program pengajaran, instrument evaluasi dan strategi pengajaran.
Uji coba
tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru
dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.
Sedangkan pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi
pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak
nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi).
F.
Pendapat Penulis Terhadap Model Pembelajaran Jerold E.
Kemp
Pembelajaran intruksional
merupakan sebuah sistem karena memiliki komponen-komponen yang harus di
organisasikan. Untuk mencapai kualitas pembelajaran, perencanaan pembelajaran
haruslah di dasarkan pada pendekatan sistem. Untuk merencanakan pembelajaran dapat dikembangkan berbagai model dan
mengorganisasikan pembelajaran. Dari berbagai model rancangan pembelajaran,
tidak ada model rancangan pembelajaran yang paling ampuh. Oleh karena itu,
dalam menentukan model rancangan untuk
mengembangkan suatu program pembelajaran tergantung pada pertimbangan guru
terhadap model yang akan digunakan atau dipilih sesuai dengan materi yang akan
diajarkan, kondisi siswa yang akan diajarkan dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
Dari berbagai macam model
pembelajaran seperti model assure yang merupakan langkah
merancanakan pelaksanaan pembelajaran di ruang kelas secara sistematis dengan
memadukan penggunaan terknologi dan media. Model assure menggunakan tahap demi
tahap untuk membuat perancangan pembelajaran yang dapat dilihat dari nama model
tersebut, yaitu ASSURE. Menurut Smaldino (2007:86) A yang berarti Analyze
learners, S berarti State standard and Objectives, S yang kedua
berarti Select strategi, technology, media, and materials, U berarti Utilize
technology, media and maerials, R berarti Require learner
participation dan E berarti Evaluated and revise. Jadi model Assure ini
cocok digunakan pada disain pembelajaran berbasis komputer. Jika tujuan
pembelajaran lebih berbasis ke komputer berarti model Assure sangat bagus
digunakan bila dibandingkan dengan model pembelajaran Kemp.
Sementara apabila tujuan pembelajaran itu untuk membangun perangkat dan
infrastruktur program pelatihan maka model pembelajaran yang baik itu adalah
model Addie, sementara model Kemp tidak akan efektif karena model Kemp lebih
klasikal.
Jadi seorang perancang pembelajaran bebas memilih model pembelajaran
yang diinginkan tergantung kepada kebutuhan akan apa materi yang akan
diajarkan, siapa peserta didiknya, medianya dan paling utama apa tujuan yang
ingin dicapai dalam proses pembelajaran tersebut.
G.
Kesimpulan dan Saran
1.
Kesimpulan
Model pembelajaran Jerold E.Kemp terdiri atas delapan langkah:
a.
Menentukan tujuan pembelajaran
umum atau standar kompetensi dan kompetensi dasar yaitu tujuan yang ingin
dicapai dalam setiap kegiatan pembelajaran.
b.
Membuat analisis tentang
karakteristik siswa. Analisis ini diperlukan antara lain untuk mengetahui
apakah latar belakang pendidikan dan social budaya siswa memungkinkan untuk
mengikuti program, serta langkah- langkah apa yang perlu diambil.
c.
Menentukan tujuan
pembelajaran khusus atau indikator, yaitu tujuan yang spesifik, operasional dan
terukur. Dengan demikian, siswa akan tahu apa yang harus dipelajari, bagaimana
mengerjakannya dan apa ukurannya bahwa siswa telah berhasil. Dari segi guru,
rumusan itu akan berguna dalam menyusun tes kemampuan dan penilaian
bahan/materi yang sesuai.
d.
Menentukan materi/bahan
pelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus.
e.
Menentukan penjajagan awal
(preassessment) atau pretest, yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
memenuhi persyaratan belajar yang dituntut untuk mengikuti program
pembelajaran. Dengan demikian, dalam pembelajaran guru dapat memilih materi
yang dibutuhkan dan diperlukan tanpa harus menyajikan materi yang tidak perlu
dan siswa tidak cepat bosan.
f.
Menentukan strategi
pembelajaran dan sumber belajar yang sesuai. Kriteria umum untuk pemilihan
strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus tersebut
adalah: efisiensi, keefektifan, ekonomis, kepraktisan melalui status analisis
alternative.
g.
Koordinasi sarana penunjang
yang diperlukan, meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu dan tenaga.
h.
Mengadakan evaluasi, yaitu untuk
mengontrol dan mengkaji keberhasilan program serta keseluruhan, yaitu: siswa,
program pembelajaran, instrument evaluasi dan metode yang digunakan.
2.
Saran
Inti dari belajar itu adalah perubahan. Jadi bagaimana seorang guru dapat
merubah peserta didiknya dengan rancangan- rancangan pembelajaran yang
dirancangnya. Guru- guru dapat berpedoman kepada model- model pembelajaran yang
ada, dan guru harus pandai memilih model pembelajaran tersebut yang sesuai
dengan apa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
H.
Rujukan
Atwi Sparman. 2001. Desain Instruksional. Jakarta
Martinis Yamin. 2012. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Referensi
Rusman. 2010. Model-
model Pembelajaran. Depok: Raja Grafindo Persada
Smaldino, Sharon E, dkk. 2007. Instructional
Technology And Media For Learning Ninth edition. New Jersey Columbus,
Ohio: PEARSON Merrill Prentice Hall
Tidak ada komentar:
Posting Komentar