Model ASSURE adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk jenis media yang tepat dalam proses pembelajaran. Model ini dikembangkan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien, khususnya pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan media dan teknologi. Model ini, berorentasi pada KBM. Strategi pembelajarannya melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta pembelajar di lingkungan belajar.Assure model di desain untuk membantu Guru dalam merancang rencana pembelajaran yang terintegrasi dan efektif dengan menggunakan teknologi dan Media dalam kelas.
Analyze learner
(menganalisis pebelajar)
Langkah yang pertama adalah mengidentifikasi karakteristik pebelajar.
Media dan teknologi dikatakan efektif bila ada kesesuaian antara
karakteristik pebelajar dengan metode media dan karakteristik pebelajar.
faktor kunci Yang dibahas dalam analisis pembelajar adalah sebagai berikut :
a. General characteristict ( Karakteristik Umum )
Karakteristik umum meliputi faktor-faktor usia , tingkat pendidikan ,
pekerjaan /posisi, kebudayaan dan sosial ekonomi . Dengan analisis
pebelajar akan membantu pemulihan metode dan media pembelajaran yang
sesuai . Sebagai contoh : pebelajar yang lemah dalam ketrampilan
membaca , lebih tepat diberi media non cetak . Jika pebelajar kurang
tertarik dengan materi yang disajikan , maka media yang tepat misalnya
videotape , simulasi , atau kegiatan-kegiatan yang berbasis teknologi .
Bila pebelajar pertama kali belajar suatu konsep baru, maka dibutuhkan
pengalaman belajar langsung dan konkrit seperti karyawisata atau
latihan bermain peran (mengacu pada kerucut peran Edgar Dale )
b. Spesifik entri competencies ( kompetensi tertentu )
Sebuah komponen penting dari merancang pelajaran adalah untuk
mengidentifikasi kompetensi spesifik dari siswa . Kita dapat melakukan
ini melalui cara-cara informal (seperti di kelas mempertanyakan) atau
cara formal lebih (seperti meninjau hasil tes standar). Tes kemampuan
awal merpakan penilaian , baik formal maupun informal , yang
diperlukan. Dengan menganalisis kemampuan yang telah dimiliki
pebelajar, guru dapat memilih metode dan media yang sesuai .
c. Learning Style ( Gaya belajar )
Gaya belajar berkenaan dengan pengelompokan sifat-sifat psikologis yang
menentukan bagaimana seseorang individu merasakan berinteraksi dengan
dan merespon secara emosional pada lingkungan belajar . Gardner (1999)
mengemukakan 3 jenis gaya belajar seseorang yaitu : visual , auditory ,
dan kinestetik. Teori Gardner mengimplikasikan bahwa guru yang efektif
perlu sadar akan adanya gaya belajar yang berbeda di antara para
pebelajar . Cara yang terbaik untuk mengatasinya yaitu dengan
memberikan variasi pembelajaran . Guru , Perancang kurikulyum , dan
spesialis media harus bekerjasama mendesain kurikulum sehingga
pebelajar memiliki kesempatan mengembangkan perbedaan gaya belajar.
Variabel gaya belajar dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok yaitu :
a. Kekuatan persepsi
Pendukung pentingnya variabel ini mengatakan bahwa sebagian besar
pebelajar tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk menangkap pelajaran
melalui pendengaran dan menyangsikan keluasan penggunaan metode guru.
Pebelajar yang agak lambat belajar cenderung menyukai pengalaman taktil
atau kinestetik , duduk dan mendengarkan sukar baginya.
b. Kebiasaan memproses informasi
Variabel ini berkaitan dengan bagaimana kecenderungan pebelajar
memproses informasi . Model Gregore (dalam Molenda , dkk , 2005)
tentang ‘gaya belajar’ yaitu 4 kategori utama pada gaya berfikir :
1. Pebelajar kategori berurutan kongkrit , lebih suka pengalaman
langsung dan penyampaian dengan urutan yang logis . Golongan ini lebih
cocok belajar dengan buku kerja , demonstrasi , pembelajaran terprogram
, dll.
2. Pebelajar katagori acak konkrit , lebih senang pendekatan coba-coba
(trial & error), membuat kesimpulan cepat dari pengalaman yang
terjadi . Golongan ini lebih suka metode-metode seperti permainan ,
simulasi , discovery ,dll
3. Pebelajar kategori berurutan abstrak. Kelompok ini terampil menyandi
pesan verbal dan simbolik khususnya bila disajikan dalam urutan yang
logis . Golongan ini lebih suka membaca dan menyimak .
4. Pebelajar kelompok acak abstrak , menunjukan kemampuannya untuk
menangkap makna dan presentasi yang disajikan , merespon nada dan gaya
pembicara sebaik menangkap pesannya . Golongan ini baik untuk belajar
dalam diskusi kelompok , kuliah dengan tanya jawab , videotape , dan
televisi.
c. Faktor-Faktor motivasional
Berbagai faktor emosianoal sangat berpengaruh pada perhatian terhadap
sesuatu , berapa lama memperhatikan, seberapa jauh usaha memahami
pelajaran , dan bagaimana perasaan ikut ambil bagian dalam kegiatan
belajar. Cara yang baik untuk mendiskripsikan motivasi belajar yaitu
menggunakan r , yang membedaka aspek penting motivasi , yaitu :
Atensi , berkenaan dengan apakah pebelajar merasa bahwa pembelajaran menarik dan
berguna untuk dipertimbangkan
Relevan, berkaitan dengan apakah pebelajar merasa bahwa pembelajaran berkaitan
dengan tujuannya
Confidence, berkenaan dengan apakah pebelajar mengharapkan kesuksesan berdasarkan pada usahanya sendiri
Satisfaction, berkaitan dengan penghargaan yang diterima pebelajar dari pembelajaran itu
State Standards and Objacctives
Langkah berikutnya adalah merumuskan tujuan pembelajaran sekhusus
mungkin . Tujuan ini dijabarkan munkin dari silabus , buku teks,
kurikulum atau dikembangkan sendiri oleh gurunya . Suatu pernyataan
tujuan , bukan apa yang direncanakan oleh guru dalam pembelajaran
melainkan apa yang harus dicapai pebelajar dengan pembelajaran itu.
Suatu tujuan merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai, bukan
bagaimana tujuan itu akan dicapai . Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam perumusannya adalah :
1. Tetapkan ABCD
Teknik ABCD untuk menyatakan tujuan (Mager, 1997)
A (Audience)– instruksi yang kita ajukan harus fokus kepada apa yang
harus dilakukan/ dikerjakan oleh pembelajar bukan apa yang harus
dilakukan pengajar, B (Behavior) – kata kerja yang mendeskripsikan
kemampuan baru yang harus dimiliki pembelajar setelah melalui proses
pembelajaran dan harus dapat diukur, C (Conditions) –pernyataan tujuan
yang meliputi kondisi dimana unjuk kerja itu diamati , D (Degree) –
pernyataan tujuan yang mengidentifikasi standar atau kriteria yang
menjadi dasar pengukuran tingkat keberhasilan pembelajar.
2. Mengklasifikasikan Tujuan
Pengelopokan tujuan sangat penting karena pemilihan metode dan media
serta cara mengevaluasi tergantung pada jenis tujuan yang diterapkan.
Suatu tujuan mungkin diklasifikasikan menurut jenis belajar utama yang
akan dicapai . Meskipun ada rentangan pendapat mengenai cara terbaik
untuk mendiskripsikan dan menorganisasikan jenis-jenis belajar , ada 3
kategori (domain) yang secara luas diterima yaitu : ketrampilan
kognitif, afektif, dan psikomotor. Molenda (2005) menambahkan
ketrampilan interpersonal, karena ketrampilan ini sangat penting dalam
suatu kerja tim.
Domain kognitif, belajar meliputi susunan kemampuan intelektual yang
dikelompokkan sebagai informasi verbal/visual atau ketrampilan
intelektual . Ketrampilan intelektual mengajak pebelajar untuk
memberikan respon pada stimuli tertentu termasuk di dalamnya mengingat
atau menyebutkan kembali fakta-fakta. Di sisi lain, ketrampilan
intelektual juga mengharapkan pebelajar berfikir dan memanipulasi data .
Dalam Domain afektif, melibatkan perasaan dan nilai. Tujuan afektif
memiliki rentangan misalnya menstimulasi minat dalam pelajaran di
sekolah , meningkatkan kepedulian sosial dll. Kalau dalam Domain
psikomotor, kegiatan belajar meliputi atletik, pekerjaan tangan, dan
ketrampilan-ketrampilan fisik lain. Ketrampilan interpersonal merupakan
ketrampilan yang berpusat pada orang (people-centered) yang memerlukan
untuk berhubungan dengan orang lain secara efektif.
3. Perbedaan Individu
Berkaitan dengan kemampuan individu pebelajar dalam menuntaskan atau
memahami sebuah materi yang diberikan. Pebelajar yang tidak memiliki
kesulitan belajar dengan pebelajar yang memiliki kesulitan belajar
pasti memiliki waktu ketuntasan terhadap materi yang berbeda. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka timbullah mastery learning (kecepatan
dalam menuntaskan materi tergantung dengan kemampuan yang dimiliki tiap
individu).
Select Strategies , Technology, Media , and Materials
(memilih strategi , metode, media dan bahan ajar)
Rencana untuk penggunaan media dan teknologi, pertama-tama tentu saja
menuntut pemilihan yang sistematis . Proses memilih ada 3 tahap yaitu :
1. Menentukan metode yang sesuai untuk suatu tugas belajar
Dalam menentukan atau memilih metode yakinlah bahwa tidak ada satu
metode pun yang paling baik untuk semua kegiatan belajar. Untuk suatu
kegiatan pembelajaran mungkin diperlukan gabungan metode satu dengan
yang lainnya untuk tujuan yang berbeda pada pelajaran yang berbeda
pula. Misalnya suatu pelajaran menggunakan metode simulasi untuk
menambah perhatian dan menimbulkan minat pada awal pelajaran , kemudian
menggunakan demonstrasi untuk menampilkan informasi baru, selajutnya
memberikan latihan komputer untuk memprektekkan ketrampilan baru
tersebut.
2. Memilih bentuk media yang cocok dengan metode yang akan disajikan
Bentuk media adalah bentuk fisik yang akan membawakan pesan yang akan
disajikan . Bentuk media misalnya , bagan lembaran balik (gambaran diam
dan teks ), slide (proyeksi diam), audio (suara dan musik), video
(gambaran bergerak pada layar TV), dan multimedia computer (grafik,
teks , dan gambaran bergerak pada monitor). Tiap bentuk itu memiliki
kelemahan dan kekurangan dalam hal jenis pesan yang direkam maupun
ditampilkan. Memilih bentuk media merupakan tugas yang kompleks ,
mempertimbangkan bayaknya media yang tersedia, variasi belajar, dan
tujuan yang ditetapkan.
Dalam mamilih media memang agak rumit, tetapi banyak cara yang diajukan
oleh para ahli untuk memilih media yaitu dengan mengajukan model-model
pemilihan media. Model pemilihan media untuk setting pembelajaran ,
misalnya : kelompok besar, kelompok kecil, atau pembelajaran mandiri.
Untuk variabel pebelajar, misalnya: pembaca, non pembaca, auditif, dan
untuk hakekat tujuan, misalnya : kognitif , afektif , psikomotor, atau
interpersonal. Selain itu juga harus mempertimbangkan kemampuan
penyajian tiap bentuk media, misalnya visual diam , visual gerak,
kata-kata tercetak, atau kata-kata terucap. Tidak lupa yang perlu
dipertimbangkan yakni kita harus memperhatikan karakteristik media ,
karakteristik siswa , aspek ekonomi, aspek lingkungan , sifat materi
yang akan diajarkan dan yang terpenting juga harus memperhatikan
kemampuan tiap bentuk media dalam memberikan balikan kepada pebelajar .
3. Mendapatkan materi khusus
Sebagian besar guru menggunakan materi yang siap pake yang disediakan
oelh sekolah-sekolah atau juga bisa dari internet atau dari
sumber-sumber lain. Guru seharusnya memperbarui konten-konten bidang
studi dengan meteri-materi mutakhir. Keputusan untuk memilih materi
pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Hasil riset terbaru oleh
McAlpin dan Weston, 1994 (dalam Molenda, 2005) mengemukakan kriteria
tertentu yang penting dalam penilaian media. Pertanyaan-pertanyaan
berikut ini perlu dipertanyakan untuk tiap jenis media :
a. Apakah sesuai dengan kurikulum?
b. Apakah akurat dan baru?
c. Apakah isinya jelas dan bahasanya singkat ?
d. Akankah memotivasi dan mempertahankan minat ?
e. Apakah mempersiapkan partisipasi belajar ?
f. Apakah kualitas teknisnya baik ?
g. Adakah bukti keefektifannya ?
h. Apakah bebas dari bias iklan ?
i. Adakah petunjuk pengguna ?
4. Memodifikasi materi yang ada
Apabila pengajar dalam mengajar tidak dapat menemukan materi yang
sesuai maka pengajar perlu memodifikasi materi yang ada. Dan hal
tersebut merupakan tantangan pengajar dan memerlukan krestifitas
.Misalnya : dalam suatu SMK peralatan prakteknya tidak memadai , dengan
menggunakan terminologi yang rinci dan kompleks solusi yang mungkin
untuk memecahkan masalah ini adalah menggunakan gambar tetapi
memodifikasi caption dan menyederhanakan atau menghilangkan labelnya .
5. Merancang materi baru
Dalam memilih materi, memang lebih mudah dan efisien dari segi biaya
bila menggunakan materi yang tersedia, dengan atau tanpa modifikasi ,
daripada mulai menyusun materi baru . Memang lebih banyak waktu yang
dibutuhkan untuk mendesain materi yang dibuat sendiri. Namun bila ingi
n menyusun materi baru , perlu mempertimbangkan unsur-unsur dasar
tertentu , yaitu :
a. Pebelajar . Bagaiman karakteristik pebelajar ? apakah memerlukan ketrampilan dan prasyarat untuk memepelajari materi ?
b. Biaya. Cukupkah dana yang tersedia, yang diperlukan untuk menyiapkan materi itu (misal videotape, audiotape dll).
c. Keahlian teknis. Apakah diperlukan keahlian untuk mendesain dan memproduksi materi yang akan digunakan ?
Utilize Tachnology ,Media , and Material
(memanfaatkan Teknologi , media, dan bahan ajar).
Perubahan peradigman pembelajaran dari teacher-centered ke
student-centered , yang lebih memungkinkan pebelajar memanfaatkan
materi , baik secara mandiri maupun kelompok kecil daripada
mendengarkan presentasi guru secara klasikal. Untuk mengaplikasikan
media dan meteri , baik untuk teacher-centered maupun student-centered,
perlu melakukan 5 P yaitu :
a. Preview the materials (mengkaji bahan ajar)
Seorang Pengajar tidak pernah menggunakan materi tanpa melakukan
pengkajian awal dahulu . Selama proses pemilihan , harus menentukan
apakah materi itu sesuai untuk pebelajar dan tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Prepare the materials (siapkan bahan ajar)
Pengajar perlu menyiapkan media dan materi untuk mendukung kegiatan
pembelajaran yang telah direncanakan. Langkag pertama adalah menyiapkan
seluruh materi dan peralatan yang dibutuhkan oleh pebelajar , dan
menentukan urutan apakah yang akan digunakan untuk memanfaatkan media
dan materi tersebut . Apakah yang akan dilakukan pebelajar ? Guru
membuat daftar urutan materi dan perlengkapan yang diperlukan untuk
tiap pelajaran dan urutan presentasi kegiatan.
c. Prepare Environment (siapkan lingkungan)
Dimanapun kegiatan pembelajaran dilakukan , fasilitas harus ditata
terlebih dahulu sebelum pebelajar mengunakan media dan materi
pembelajaran. Faktor-faktor yang sering dianggap perlu dalam situasi
pembelajaran tertentu , seperti tempat duduk yang nyaman, ventilasi
yang baik misal suhu udara , pencahayaan dll.
d. Prepare the learners (siapkan pebelajar)
Banyak hasil riset menunjukkan bahwa belajar dari suatu kegiatan
tergantung pada bagaimana pebelajar disiapkan untuk kegiatan
pembelajaran . Beberapa fungsi seperti, mengarahkan perhatian ,
meningkatkan motivasi, menjelaskan secara rasional dalam mempelajari
suatu materi , merupakan kegiatan untuk menyiapkan pebelajar, naik
kelas yang teacher-centered maupun student-centered.
e. Provide the learning experience (tentukan pengalaman belajar)
Jika materi itu berpusat pada guru , maka guru harus menyajikan sebagai
seorang professional. Jika pengalaman yang akan diberikan kepada
pebelajar student-centered, guru harus berperan sebagai fasilitator
atau pembimbing , yang membantu pebelajar menggali topik dari internet,
mendiskusikan isi, menyiapkan materi portofolio, atau menyajikan
informasi kepada teman sekelas.
Require Learner Participation
(mengembangkan peran serta pebelajar)
Pendidik yang merealisasikan partisipasi aktif dalam pembelajaran, maka
akan meningkatkan kegiatan belajar . Menurut John Dewey pada tahun
90’an , telah menemukakan pertisipasi tersebut. Perkembangan
selanjutnya muncul teori belajar kognitif yang menekankan pada proses
mental, juga mendukung partisipasi aktif tersebut. Kaus behavioris
menyarankan bahwa individu harus melakukan sesuatu, jadi belajar
merupakan suatu proses untuk mencoba berbagai perilaku dengan hasil
yang menyenangkan. Dengan pendekatan ini berarti perancang pembelajaran
harus mencari cara agar pembelajar melakukan sesuatu. Dari sudut
pandang psikologi kognitif disarankan bahwa pebelajar membangun
skematamental ketika otaknya secara aktif mengingat atau
mengaplikasikan beberapa konsep atau prinsip. Kaum konstruktivis
seperti juga behavioris memandang belajar sebagai proses aktif . Tetapi
penekanannya berbeda. Aliran konstruktifistik lebih menekankan pada
proses mental, bukan pada kegiatan fisik. Peran pebelajar adalah hal
terpenting dalam KBM. Gagne berpendapat bahwa belajar efektif dapat
terjadi jika pebelajar dilibatkan dan memiliki peranserta didalamnya.
Evaluate and Revise (menilai dan memperbaiki).
1. Menilai hasil pebelajar
Pernyataan tentang hasil tujuan akan membantu untuk mengembangkan
kriteria guna mengevaluasi unjuk kerja pebelajar baik individual maupun
kelompok. Cara menilai pencapaian hasil belajar tergantung pada hakekat
tujuan ini. Ada tujuan yang menuntut keterampilan kognitif , misalnya
mengingat hukum OHM, membedakan kata sifat dengan kata keterangan,
menyimpulkan sesuatu .
2. Menilai motode dan media
Evaluasi juga menilai metode dan media pembelajaran . Apakah materi
pembelajarn efektif? Dapatkah meningkatkan pembelajaran ? apakah
penyajian membutuhkan waktu yang lebih banyak daripada apa yang
seharusnya? Analisis reaksi pebelajar pada metode pembelajaran dapat
membantu untuk memperoleh data dengan cara yang halus. Misalnya :
diskusi guru dengan pebelajar mengindikasikan bahwa pebelajar lebih
suka belajar mandiri pada waktu presentasi kelompok . Percakapan dengan
spesialis media akan memutuskan perhatian pada nilai khusus media dalam
suatu unit pembelajaran, yang diperlukan untuk meningkatkan
pembelajaran dimasa mendatang.
3. Revisi
Langkah terakhir adalah melihat kembali hasil data evaluasi yang
dikumpilkan. Adakah kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa
yang terjadi. Apakah pebelajar mencapai suatu tujuan ? Bagaiman
pebelajar mereaksi materi dan media yang disajikan? Apakah pengajar
puas dengan niali materi yang dipilih? Pengajar seharusnya melekukan
refleksi pelajaran dan tiap komponen di dalamnya. Buat catatan segera
sebelum mengimplementasikan pelajaran lagi. Bila dari hasil data
evaluasi menunjukkan ada kelemahan pada komponen tertentu, kembalilah
pada bagan itu dengan merencanakan dan merevisinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar